
Kehidupan semakin hari semakin penuh dengan komplik, dari yang
berskala kecil sampai yang berskala dunia, dari hal-hal yang sepele atau
masalah ringan, sampai kepada masalah yang rumit dan berat, dari yang
mudah dijangkau akl pikiran sampai masalah yang tidak dapat dijangkau
akal manusia yang memang terbatas.
Keterbatasan akal manusia seringkali
membuat manusia menjadi sombong!
Anehkan?
Otak yang terbatas atau pengertian yang sempit justru menimbulkan kesombongan bagi yang memilikinya?
Coba saja perhatikan, banyak sekali manusia yang hanya mengandalkan
pikirannya, sehingga ketika bertemu dengan hal-hal yang di luar jangkau
pikirannya, lalu mengatakan bahwa yang tak terjangkau akal pikirannya
itu dikatakan “tak ada”, “nonsen”, “nihil”, padahal yang tak mampu itu
otaknya sendiri, tapi dengan sombongnya berkata demikian.
Sehingga Tuhan yang telah menciptakan dirinya dan alam semesta ini, ditiadakan! Tuhan tak ada! Alam terjadi dengan sendirinya!
Begitulah
akal manusia yang sombong, begitulah cara berpikir manusia-manusia yang
Athies, Tuhan yang tak terjangkau akal pikirannya, ditiadakan dan
dengan akalnya yang terbatas itu dengan sombongnya telah “mematikan
Tuhan”.
“Tuhan sudah mati” katanya. Alam ini adan dan berkembang, dengan
kemauan alam itu tersendiri, tanpa campur tangan Tuhan di dalamnya. Jadi
jangan ceritakan pada orang-orang Athies tentang akherat, siksa kubur,
neraka, surga dan lain sebagainya yang memerlukan keimanan
!
Jangankan
siksa kubur atau neraka, Tuhan saja, dia tak percaya keberadaanNya,
inilah kesombongan manusia-manusia yang terlalu mengandalkan akal
pikirannya sendiri.
Tapi sementara kita tinggalkan dulu orang-orang yang “sok pintar”
itu, orang-orang merasa tanpa Tuhan toh bisa hidup, tetap bisa kerja,
cari makan, kaya raya dan lain sebagainya, sehingga menambah kesesatan
yang ada padanya, dan memang begitulah yang terjadi.
Banyak sekali
orang yang sudah sombong, akan bertambah sombong dengan kesombongan yang
sudah ada, sehingga tak sadar bahwa si sombong tadi sedang disesatkan
Tuhan sejauh-jauhnya kesesatan.
Biarkan golongan sombong tadi, nanti Tuhan sendiri yang akan
memberikan hidayah atau tetap pada kesombongannya, yang jelas selama
manusia masih hidup, orang lain, siapapun orangnya tak boleh memvonis,
bahwa orang itu akan masuk ke neraka! Jangan lupa: Tuhan suka membolak
balik hati manusia” Bisa saja yang di tuduh kapir, pada akhir hayatnya
justru beriman dan mendapat hidayah dari Tuhan, sehingga yang tadinya
memusuhi Islam menjadi pembela Islam yang sangat kuat dan berani.
Namun bisa saja terbalik, yang tadinya beriman, kemudian entah karena
ujian yang begitu berat, hingga akhirnya menjadi kapir alias murtad
dari agamaNya, agama yang di ridhoiNya yaitu Islam! Jadi sekali lagi,
melalui ruang yang sempit dan terbatas ini, dan ini sering penulis
katakan”
Jangan mudah mengkapirkan saudara yang seiman, hanya karena
perbedaan pendapat dalam diskusi atau berbeda landasan pijakan dalam
berpikir”
Dan “
Jangan mudah menjelek-jelakan agama lain, sehingga penganutnya itu membalas dengan menjelek-jelekan Islam dan mencaci Islam, hanya karena ummat Islamnya yang terlalu keras menyerang agama lain” Padahal,
bisa
saja terjadi, yang tadinya memusuhi Islam dan mencaci atau memfitnah
ummat Islam, lalu berbalik seratus delapan puluh derajat membela Islam,
karena telah mendapat hidayah dariNya!
Nah untuk itu mari kita perbaiki kedaan diri kita masing-masing,
paling tidak sesama muslim tidak saling serang menyerang dengan
kata-kata yang kasar, apa lagi sampai-sampai mengkafirkan saudaranya
sendiri. Jangan lupa,
kata kotor dan kasar biasanya keluar dari hati yang kasar dan kotor pula, dan
jarang terjadi hati yang bersih dan suci, akan mengeluarkan kata-kata kasar, kata-kata kotor yang hina dan keji!
Repotnya lagi ketika mengkafirkan sesama muslim, yang jelas-jelas
bersaudara, membawa-bawa nama Nabi, membawa-bawa nama-nama ulama salaf,
ulama-ulama yang terdahulu atau yang kemudian, padahal
bisa saja
terjadi kalau beliau-beliau masih hidup, tak akan pernah setuju pada
orang yang mudah mengkafirkan saudaranya sesama muslim dengan “mencatut” nama-nama beliau!
Ingat ketika Nabi menyebarkan islam ke Taif, Beliau tidak di sambut,
tapi di sambit dengan batu-batu, hingga Beliau berdarah-darah! Dan saat
itu Beliau tidak mengkafirkan orang-orang yang jelas-jelas kekafirannya,
tapi justru Beliau mendoakan, semoga saja anak cucu mereka mendapat
hidayah.
Bayangkan
,
di saat dilukai, dihina, di caci maki, Beliau justru mendoakan, bukan membalas dengan kata-kata “kapir”. Walau saat itu ada tawaran malaikat untuk menghancurkan orang-orang kapir itu! Tapi sekali lagi
, yang keluar dari mulut yang mulia itu doa, bukan kutukan! Padahal kalau Beliau mau, hal tersebut bisa dilakukannya.
Baik kita kembali ke masalah komplik yang serng terjadi dalam
kehidupan ini, yang repotnya lagi komplik itu terjadi di Negara-negara
muslim, seperti di Irak,
Afganistan, Syria, Mesir, Libya dan lain
sebagainya, sehingga
Islam sebagai agama yang rakhmatan lil alamin, seperti “ jauh panggang dari api”.
Buktinya? Ya itu, di Negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama
Islam, komplik terus menerus terjadi, maka yang terbaca dalam berita
adalah sesama Islam saling bunuh membunuh, antara syiah dan suni saling
bom membom, hingga korban kematian terus menerus bertambah, bukan
berkurang!
Apa yang terjadi kemudian? Ya tentu saja pihak musuh-musuh Islam
semakin senang dan tertawa penuh kebahagiaan, karena telah berhasil
mengadu domba ummat Islam di berbagai Negara! Ok, mari tinggalkan
mencari “kambing hitam” dalam komplik yang mamatikan ini
,
mari lihat
diri sendiri dan berkaca, mengapa ummat Islam sendiri saling bunuh,
saling menghujat, saling mengkafirkan satu sama lain, mengapa tidak
sadar, bahwa itu semuanya adalah permainan pihak lawan, pihak
musuh-musuh Islam yang tidak menginginkan ummat Islam itu bersatu, karena kalau ummat Islam itu bersatu, ummat Islam di Negara manapun akan maju dengan segera!
Loh kokk masih mencari “kambing hitam” lagi? Mari kita lihat diri
ummat Islam sendiri, mangapa tak bisa bersatu, mengapa pihak sunni dan
syiah mau diadu domba? Mengapa pihak pemerintah dan opoisi di Syria mau
saja diadu domba, sehingga diantara mereka saling bunuh satu sama lain,
padahal mereka sebangsa dan setanah air dan sama-sama ummat Islam!
Mengapa mereka itu tidak sadar bahwa mereka diadu domba? Mengapa
pihak sunni dan syiah tidak bersatu di Irak, sehingga mereka menjadi
tidak saling bunuh diantara anak bangsa sendiri dan diantara muslim
sendiri? Tanya mengapa, mengapa dan mengapa tidak sadar?
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Secara singkat bisa dicari jawaban dengan mudah, antara lain:
Pertama, ummat Islam sering berburuk sangka pada saudaranya sendiri.
Buruk sangka itu pikirang yang negative, muatannya lebih banyak
buruknya ketimbang kebaikannya. Pikiran yang negative ini sering
“mencuci otak” ummat Islam. Pikiran negative telah membuat ummat Islam
mundur. Banyak contoh yang bisa diberikan.
Allah SWT berfirman: “
Hai Orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain.” ( Al Hujurat :12)
Ummat Islam seharunya jangan resah, jangan gelisah, jangan prasangka
buruk pada orang, dan berpikir yang posistif. Mari kita sama-sama
mencari hikmah dari semua peristiwa yang kita alami. Baik hal tersebut
terjadi pada diri sendiri atau pada orang lain. Ketika melihat isi gelas
setengah kosong, mari kita katakana” Alhamdulillah, masih ada setengah
gelas” bukan” Ya … tinggal setengah!” Itu bedanya orang yang berpikir
positif dengan yang negative, yang positif selalu berpikir optimis, yang
berpikir negative selalu pesimis.
Yang berpikir positif, yang dicari selalu kebaikan saudaranya sesama muslim, sedang
yang berpikir negative, yang selalu dicari kesalahan, kekurangan, kejelekan, dan keburukan saudara sesama muslim, maka lahir kata-kata kapir itu!
Kedua, ummat Islam mudah diadu domba! Ibarat rumput kering yang mudah terbakar dan tersulut, hanya karena sepercik api yang kecil saja!
Dengan mudah diadu domba, maka dengan sangat mudah ummat Islam dipecah
belah, bisa dipecah belah karena batas-batas Negara atau wilayah,
dipecah belah karena beda partai politik, beda organisasi, beda paham,
beda mazhab, beda pemikiran, beda pendapat dan lain sebagainya!
Karena yang ditonjolkan perbedaan, bukan persamaan,
maka yang
terjadi dengan kasat mata, maka ummat Islam seringkali mengkapirkan
saudaranya sendiri, hanya karena mazhabnya berbeda, cara berpikirnya
berbeda atau pijakan pikirannya pun berbeda, padahal sumbernya sama,
yaitu Al Qur’an dan Hadist! Allah berfirman:”
Sesungguhnya
orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua
saudaramu itu dan takutlah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat( Al Hujurat: 10)
Ketiga, merasa diri paling benar.
Ini sebenarnya penyakit
hati, sehingga ketika berbeda pendapat, yang disalahkan selalu orang
lain, golongan lain, mazhab lain, pikiran orang lain dan sebagainya.
Jadi susah sekali menerima kebenaran orang lain, sudah begitu dengan
mudah saja berkata orang lain kapir, masuk neraka dan lain sebagainya.
Sepertinya surga sudah digenggamannya sendiri, saudaranya sesama muslim
tak berhak masuk surga, karena sudah kapir menurut pendapatnya!
Orang yang merasa benar sendiri, seperti punya otoritas sendiri,
merasa paling suci sendiri, yang lainnya kapir, yang lainnya najis, yang
lainnya tak berhak disebut muslim atau mukmin! Ini jelas berbahaya,
mengapa? Karena orang yang tak mau menerima kebenaran adalah salah satu
ciri kesombongan dan orang sombong temannya setan dan setan anda tahu
tempatnya dimana!
Kalau mau digali lebih dalam lagi, tentu banyak sekali penyebab atau
factor-faktor yang menyebabkan Islam tak maju-maju, kata kucinya adalah
pada ummat Islam sendiri,
jadi Islam itu hancur, bukan oleh orang lain, tapi oleh ummat Islam sendiri,
karena mudah berpecah belah, tidak mau bersatu dan menyatu, mudah
diadu domba, terlalu mudah mengkafirkan saudaranya sendiri, saling
menghujat, tidak berlapang dada ketika berdiskusi, mau menang sendiri,
dan membawa-bawa dalil untuk memfonis saudara sendiri!
Dan yang paling bahaya diantara itu semua adalah lebih sering menonjolkan perbedaan, bukan persamaan,
sehingga melihat saudara sesama muslim seperti musuh bebuyutan! Penuh
dendam dan dengki pada sesama muslim, hanya karena beda partai, paham,
mazhab, pikiran dan lain sebagainya. Bila semua ini masih terus ada,
selama itu pula Islam akan terus tenggelam atau tersudut di pojok-pojok
kejumudan, keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan. Maka
dibutuhkan
jiwa-jiwa revolusioner, jiwa-jiwa pemberani, jiwa-jiwa yang ikhlas dan
sabar dalam berjuang menegakkan kebenaran Islam, di manapun berada!
sumber: http://www.eramuslim.com